Hai , kembali lagi denganku semoga ga bosen. Sekarang kita akan membahas pelajaran Kewarganegaraan dikampus kami pada tanggal 19 Maret 2014. Memang bagi sebagian mahasiswa pelajaran bosan dengan matakuliah ini, ya termasuk aku –“. Temanya adalah “S3L4M4T D4T4NG, D1M4N4”. Hehh, kok alay banget? Namanya juga pembicara jadi mereka membuat presentasi yang membuat para pendengar terkejut. Damsy Daniel, ya ialah pembicara kami. beliau merupakan pengajar dari PAUD.

Beliau berpenampilan eksentrik, dengan gaya rambut yang agak gondrong dan humoris. Pada saat itu beliau menampilkan sebuah gambar yaitu “Bloom & Texonomy of Learning”. Wahh apa lagi itu? Menurut yang saya tangkap dari pembicaraan beliau adalah kemampuan belajar seseorang dalam hal apapun. Berikut adalah urutan dari "Bloom & Texonomy of Learning".


Beliau bercerita tentang perjalanan beliau hingga menjadi pengajar PAUD, unutk memperkenalkan dirinya lebih dalam. Setelah itu beliau kembali bercerita tentang bagaimana system pendidikan di Indonesia yang perlu di tata ulang. Kenapa begitu? Mari kita tengok sebentar. Beberapa dari kalian mungkin merasakan pelajaran akademik itu lebih penting daripada non-akademik? Benarkah itu? Tidak salah, tetapi kenapa engak unutk bidang non-akademik? Think it. Yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari beberapa orang tua MEMAKSA anak-anaknya untuk lebih mementingkan pelajaran daripada tingkah lakku mereka, “Benar ga nih?” anda bisa mencari tahu sendiri.

Para orangtua dulu sampai sekarang hanya memikirkan kognitif, padahal bebereapa hal yang tidak kalah penting adalah Prikomotorik dan Afektif. Mungkin beberapa orangtua mulai berpikiran dengan luas karena mengikuti zaman. Setelah itu beliau membicarakan sebuah topik yang sedikit asing bagi kami.  Yaitu Participatory Rural Appraisal atau (PRA), apa lagi ini? Ialah suatu cara atau pendekatan kepada masyarakat secara bersama-sama untuk menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan kebijakan atau perencanaan nyata.

0 komentar:

Post a Comment

 
Top
.